Sabtu, 18 April 2015

[010] Yunus Ayat 020

««•»»
Surah Yunus 20

وَيَقُولُونَ لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ لِلَّهِ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ
««•»»
wayaquuluuna lawlaa unzila 'alayhi aayatun min rabbihi faqul innamaa alghaybu lillaahi faintazhiruu innii ma'akum mina almuntazhiriina
««•»»
Dan mereka berkata: "Mepada tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu keterangan (mu'jizat) dari Tuhannya?" Maka katakanlah: "Sesungguhnya yang ghaib itu {682} kepunyaan Allah, sebab itu tunggu (sajalah) olehmu, sesungguhnya aku bersama kamu termasuk orang-orang yang manunggu.
{682} Yang dimaksud dengan yang ghaib di sini ialah mukjizat.
««•»»
They say, ‘Why has not some sign[1] been sent down to him from his Lord?’ Say, ‘[The knowledge of] the Unseen belongs only to Allah. So wait. I too am waiting along with you.’
[1] That is, miracle.
««•»»

Setelah Allah swt. mengisahkan keingkaran orang-orang musyrik terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad seorang manusia biasa tidak kepada malaikat, dan Allah mematahkan alasan yang mereka kemukakan untuk menguatkan kemusyrikannya, mereka meminta agar Rasulullah saw. mengganti ayat-ayat Alquran dengan ayat-ayat yang tidak menyinggung dan membatalkan kepercayaan mereka, maka pada ayat ini Allah mengisahkan macam yang lain dari tuntutan orang-orang musyrik kepada Nabi, yaitu mereka minta bukti atas kerasulan Muhammad saw. dengan mendatangkan tanda-tanda alam selain dari Alquran.

Orang-orang musyrik mengatakan, kenapa tidak diturunkan kepada Muhammad tanda-tanda kerasulannya yang berhubungan dengan alam ini, seperti yang pernah diturunkan kepada Nabi-nabi sebelumnya, seperti angin topan Nabi Nuh, membelah laut untuk Nabi Musa a.s. dan sebagainya. Permintaan dan keheranan mereka itu,

dilukiskan dalam firman Allah swt. sebagai berikut:
وَقَالُوا مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ لَوْلَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنْزٌ أَوْ تَكُونُ لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ مِنْهَا وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلًا مَسْحُورًا
Dan mereka berkata: "Mengapa Rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia? Atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada kebun baginya yang dia dapat makan dari (hasil)nya?" Dan orang-orang yang lalim itu berkata: "Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir."
(QS. Al Furqan [25]:7, 8)

Bahkan mereka meminta kebun-kebun yang indah-indah yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, atau azab dengan menjatuhkan langit, atau rumah dari emas sebagai bukti kenabian Muhammad,

sebagaimana firman Allah swt.:
وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الْأَرْضِ يَنْبُوعًا أَوْ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الْأَنْهَارَ خِلَالَهَا تَفْجِيرًا أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ قَبِيلًا أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاءِ وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى تُنَزِّلَ عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ
Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami. Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu, hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca."
(QS. Al Israa' [17]:90-93)

Maka Allah swt. mengajarkan kepada Nabi Muhammad jawaban dari permintaan orang-orang musyrik itu,

sebagai tersebut dalam firman-Nya:
وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالْآيَاتِ إِلَّا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الْأَوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami) melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Samud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.
(QS. Al Isra' [17]:9)

Dalam pada itu, tiap-tiap rasul yang diutus Allah diberi-Nya mukjizat untuk menguatkan risalahnya, tetapi mukjizat yang diberikan itu berbeda-beda disesuaikan dengan keadaan dan tempat umat yang akan menerima risalah itu. Khusus Nabi Muhammad saw. diberikan mukjizat berupa Alquranul Karim, dan mukjizat itu sesuai dengan tingkat pengetahuan orang-orang Arab dan manusia yang hidup sesudahnya.

Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda:
ما من نبي إلا وقد أعطي من الآيات ما مثله آمن عليه البشر، وإنما كان الذي أوتيته وحيا أوحاه الله إلي فأرجو أن أكون أكثرهم تابعا يوم القيامة
Tidak ada seorang nabi (yang diutus Allah), kecuali Dia memberinya mukjizat-mukjizat yang telah beriman kepadanya manusia. Yang diberikan kepadaku tidak lain adalah wahyu yang telah diwahyukan Allah kepadaku. Maka aku mengharapkan agar akulah di antara mereka yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat.
(HR. Bukhari, Muslim, Tirmizi dari Abu Hurairah)

Pada akhir ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. agar memberi peringatan yang keras kepada orang-orang musyrik itu: Katakanlah kepada mereka hai Muhammad, barang yang gaib itu hanyalah Allah yang menguasainya, hanya Dialah yang memilikinya, termasuk di dalamnya mukjizat-mukjizat yang kamu minta itu. Jika Allah berkehendak menurunkannya kepadamu, maka Dia sendirilah yang mengetahui waktu turunnya. Aku hanyalah seorang rasul yang bertugas menyampaikan agama tidak mengetahui selain yang diwahyukan kepadaku. Karena itu tunggulah ketetapan Allah atas dirimu sebagaimana aku pun termasuk orang-orang yang menunggu pula datangnya ketetapan itu."

Hal ini diikutkan oleh firman Allah swt.:
قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ
Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan."
(QS. Al-Ahqaaf [46]:9)

Apa yang dinantikan Muhammad saw. dan apa pula yang mereka nantikan diterangkan Allah pada ayat 102 surah ini.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan mereka berkata,) yakni penduduk Mekah ("Mengapa tidak) kenapa tidak (diturunkan kepadanya) dimaksud kepada Nabi Muhammad saw. (suatu keterangan dari Rabbnya?") sebagaimana yang telah diberikan kepada para nabi lainnya, seperti mukjizat unta, mukjizat tongkat dan mukjizat tangan (Maka katakanlah,) kepada mereka ("Sesungguhnya yang gaib itu) hal-hal yang gaib dari mata hamba-hamba Allah (kepunyaan Allah) antara lain ialah mukjizat-mukjizat, maka mukjizat-mukjizat itu tidak ada yang dapat mendatangkannya melainkan hanya seizin Allah. Sesungguhnya tugasku hanyalah menyampaikan (sebab itu tunggu sajalah oleh kalian) datangnya azab jika kalian tidak mau beriman (sesungguhnya aku bersama kalian termasuk orang-orang yang menunggu.")
««•»»
And they, the people of Mecca, say, ‘Why has a sign not been sent down on him, on Muhammad (s), from his Lord?’, as was the case with [previous] prophets, in the way of a she-camel, a staff or a [glowing] hand. Then say, to them: ‘The Unseen, that which is concealed from servants, in other words, its affair, belongs only to God, and it is from this [Unseen] that signs come forth; therefore He alone can bring them forth: mine is only to covey the Message. So wait, for the chastisement, if you do not believe. I am waiting with you’.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 19][AYAT 21]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
20of109
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
 http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=10&tAyahNo=20&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#10:20

[010] Yunus Ayat 019

««•»»
Surah Yunus 19

وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلَّا أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
««•»»
wamaa kaana alnnaasu illaa ummatan waahidatan faikhtalafuu walawlaa kalimatun sabaqat min rabbika laqudhiya baynahum fiimaa fiihi yakhtalifuuna
««•»»
Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih {679}. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu {680}, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, {681} tentang apa yang mereka perselisihkan itu.
{679} Maksudnya: manusia pada mulanya hidup rukun, bersatu dalam satu agama, sebagai satu keluarga. tetapi setelah mereka berkembang biak dan setelah kepentingan mereka berlain-lain, timbullah berbagai kepercayaan yang menimbulkan perpecahan. oleh karena itu Allah mengutus Rasul yang membawa wahyu dan untuk memberi petunjuk kepada mereka. baca ayat 213 surat Al-Baqarah.
{680} Ketetapan Allah itu ialah bahwa, perselisihan manusia di dunia itu akan diputuskan di akhirat.
{681} Maksudnya: diberi keputusan di dunia.
««•»»
Mankind were but a single [religious] community; then they differed. And were it not for a prior decree of your Lord, decision would have been made between them concerning that about which they differ.
««•»»

Yang dimaksud satu agama di sini ialah satu kepercayaan, yaitu percaya kepada Allah Yang Maha Esa, karena manusia waktu dilahirkan ke dunia telah menganut kepercayaan tauhid sebagai fitrah kejadiannya,

seperti sabda Nabi Muhammad saw.:
كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه وينصرانه ويمجسانه
Tiap anak yang lahir itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (murni), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi.
(H.R. Abu Ya'la, Tabrani, dan Baihaqi dari Aswad bin Sari)

Mereka hidup sederhana dalam satu kesatuan, seakan-akan mereka satu keluarga akan tetapi setelah mereka berkembang biak, maka terjadilah suku-suku dan bangsa-bangsa yang berbeda-beda kepentingan dan kemaslahatannya. Karena hawa nafsu, mereka pun berselisih. Oleh karena itu Allah swt. mengutus kepada mereka para rasul yang menyampaikan petunjuk Allah untuk menghilangkan perselisihan dan perbedaan pendapat di antara mereka. Para Rasul itu membawa kitab yang berisi wahyu Allah. Kemudian berselisih pula tentang kitab yang telah diturunkan Allah itu, sehingga terjadilah permusuhan dan pertarungan di antara mereka.

Sebagian mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan "manusia" dalam ayat ini ialah orang Arab. Mereka dahulu adalah pengikut-pengikut agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim, agama yang mengakui keesaan Allah. Kemudian masuklah unsur syirik kepada kepercayaan mereka itu, sehingga sebagian mereka menyembah berhala di samping mereka menyembah Allah dan sebagian masih tetap menganut agama Nabi Ibrahim. Terjadilah perselisihan antara kedua golongan itu.

Jika diperhatikan antara kedua pendapat ini tidak ada perbedaan pokok. Karena pendapat pertama adalah sifatnya umum meliputi seluruh manusia yang ada di dunia, sedangkan pendapat kedua adalah khusus untuk orang Arab saja, tetapi tidak menutup kemungkinan berlakunya untuk semua manusia.

Selanjutnya Allah mengancam dengan ancaman yang sangat keras dengan menyatakan bahwa seandainya belum ditetapkan oleh Allah dahulu untuk memberikan pembalasan yang setimpal dan adil di akhirat nanti, maka Allah akan segera membinasakan di dunia ini orang-orang yang berselisih itu yang membawa perpecahan dan permusuhan, apalagi perselisihan mereka itu tentang Kitab Allah yang diturunkan-Nya untuk menghilangkan perselisihan.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Manusia dahulunya hanyalah satu umat) satu agama yaitu agama Islam, sejak dari zaman Nabi Adam sampai dengan zaman Nabi Nuh. Menurut pendapat yang lain dikatakan mulai dari zaman Nabi Ibrahim sampai dengan zamannya Amr bin Luhay (kemudian mereka berselisih) disebabkan sebagian daripada mereka tetap iman sedangkan sebagian yang lainnya kafir. (Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Rabbmu dahulu) dengan menangguhkan pembalasan hingga hari kiamat (pastilah diberi keputusan di antara mereka) yaitu di antara manusia di dunia (tentang apa yang mereka perselisihkan itu) dalam masalah agama, yaitu dengan mengazab orang-orang kafir.
««•»»
Mankind was but one community, following one religion, that is submission [to the One God], from the time of Adam to the time of Noah; but it is also said [that this was the case] from the time of Abraham to that of ‘Amr b. Luhayy; then they differed, some of them remaining firmly [upon belief in One God], while others disbelieved. And had it not been for a word that had already preceded from your Lord, [to the effect] that requital would be deferred until the Day of Resurrection, it would have been decided between them, that is, [between] mankind, in this life, regarding that over which they differed, in religion, by the disbelievers being punished.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 18][AYAT 20]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
19of109
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
 http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=10&tAyahNo=19&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#10:19

[010] Yunus Ayat 018

««•»»
Surah Yunus 18

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
««•»»
waya'buduuna min duuni allaahi maa laa yadhurruhum walaa yanfa'uhum wayaquuluuna haaulaa-i syufa'aaunaa 'inda allaahi qul atunabbi-uuna allaaha bimaa laa ya'lamu fii alssamaawaati walaa fii al-ardhi subhaanahu wata'aalaa 'ammaa yusyrikuuna
««•»»
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa'atan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi  678 ?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu).
««•»»
They worship besides Allah that which neither causes them any harm, nor brings them any benefit, and they say, ‘These are our intercessors with Allah.’ Say, ‘Will you inform Allah about something He does not know in the heavens or on the earth?’ Immaculate is He and exalted above [having] any partners that they ascribe [to Him]!
««•»»

Pada ayat terdahulu Allah swt. menerangkan permintaan orang-orang musyrikin kepada Nabi Muhammad saw. agar menukar atau mengganti ayat-ayat Alquran yang bertentangan dengan kepercayaan mereka dan yang mencela sembahan-sembahan mereka dengan ayat yang tidak menentang dan mencelanya, maka pada ayat ini Allah menerangkan kebodohan orang-orang musyrik yang menyembah patung dan berhala yang tidak dapat memberi mudarat dan tidak pula memberi manfaat sedikit pun bahkan mereka menyatakan bahwa berhala-berhala itu dapat memberi syafaat kepada mereka.

Ayat ini menerangkan bentuk kepercayaan orang-orang Arab Jahiliah. Mereka menyembah berhala di samping menyembah Allah, karena mereka percaya bahwa patung-patung dan berhala-berhala itu dapat memberi manfaat kepada mereka sebagaimana pula ia dapat memberi mudarat, jika mereka melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan kemarahannya.

Padahal jika mereka pikirkan benar-benar bahwa patung itu adalah benda mati yang dibuat oleh tangan mereka sendiri, karena itu berhala-berhala itu tidak akan dapat menimbulkan mudarat atau manfaat kepada sesuatu pun tentulah mereka tidak akan menyembahnya. Yang berhak disembah itu ialah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta.

Orang-orang Arab pada masa jahiliah menganut bermacam-macam agama dan kepercayaan serta mempunyai beberapa cara dalam melakukan ibadat kepada sembahan-sembahan mereka itu. Tetapi semua kepercayaan itu mempercayai bahwa Tuhan itu banyak bukan Esa atau dengan perkataan lain mereka mempersekutukan Allah dengan yang lain.

Di antara mereka ada pula yang memeluk agama Yahudi seperti sebagian penduduk Madinah dan sebagian penduduk Yaman, dan ada pula yang memeluk agama Nasrani seperti penduduk Gassan dan penduduk Najran, demikian pula segolongan suku Aus dan Khazraj yang tinggal di daerah yang berbatasan dengan Khaibar, Kuraizah dan Bani Nadir.

Di antara mereka ada pula yang beragama Sabiin, yaitu mereka yang telah keluar dari agama yang mereka anut dan ada pula di antara mereka yang tidak percaya kepada adanya hari kebangkitan.

Kemudian Allah menerangkan sikap orang-orang Arab terhadap berhala-berhala, di antaranya ada yang mengatakan: "Kami percaya bahwa berhala itu tidak dapat mendatangkan kemudaratan dan manfaat tetapi kami percaya bahwa sembahan-sembahan itulah yang akan menjadi perantara bagi kami untuk memohonkan syafaat bagi kami di sisi Allah, dan itulah jalan yang terdekat."

Karena itulah kami bernazar, menyembelih kurban dan berdoa kepada sembahan-sembahan itu dan menyebut nama-namanya. Dengan melakukan yang demikian kami merasa bertambah dekat kepada Allah.

Diriwayatkan oleh Ikrimah bahwa Nadar bin Haris pernah berkata: "Apabila hari telah kiamat, maka Lata dan Uzza akan memberi syafaat kepadaku."

Dari keterangan di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa pokok dari kepercayaan Arab jahiliah ialah bahwa sekali pun mereka mempercayai bahwa Tuhan Maha Pencipta itu ada, tetapi dalam hubungan antara Tuhan dan manusia itu memerlukan perantara (wasilah) yang akan menyampaikan permohonan manusia kepada Tuhannya.

Kemudian Allah swt. memerintahkan agar Nabi Muhammad saw. menyampaikan kepada orang-orang musyrik itu sesuatu yang dapat membuktikan kebohongan mereka itu dan sesuatu yang dapat membantah perkataan mereka, yaitu: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah sesuatu yang tidak diketahui-Nya, yaitu bahwa ada pemberi syafaat di langit dan di bumi yang dapat memberikan syafaat itu sebagai perantara antara Allah dan makhluk-Nya padahal seandainya ada tentu Allah mengetahuinya.

Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang tidak diketahui Allah, ada dan tidak adanya sesuatu semata-mata menurut kehendak Allah, apalagi syafaat itu hanya diberikan semata-mata dengan izin Allah dan hanya diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Bahkan Rasulullah saw. tidak sanggup menarik kemanfaatan untuk dirinya, begitu pula menolak kemudaratan kecuali dengan izin Allah.

Sebagai firman Allah swt.:
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan."
(Q.S. Al-A'raf: 188)

Akhir ayat ini menerangkan kemahasucian Allah, Tuhan semesta alam dari persekutuan sebagai yang dikatakan orang-orang musyrik itu.

Ayat ini mengisyaratkan bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan hanyalah diterangkan dengan perantaraan wahyu yang disampaikan kepada Rasul-Nya, demikian pula segala sesuatu itu diketahui Allah baik yang tersembunyi maupun yang nyata.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan mereka menyembah selain daripada Allah) (apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan) jika mereka tidak menyembahnya (dan tidak pula kemanfaatan) jika mereka menyembahnya, yang dimaksud adalah berhala-berhala yang mereka sembah itu (dan mereka berkata,) tentang berhala-berhala itu.

("Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah." Katakanlah) kepada mereka ("Apakah kalian mengabarkan kepada Allah) menceritakan kepada-Nya (apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak pula di bumi?") Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna ingkar, karena seandainya Dia mempunyai sekutu niscaya Dia akan mengetahui sekutunya itu karena sesungguhnya tiada sesuatu pun yang samar bagi-Nya.

(Maha Suci Allah) dari hal-hal yang tidak layak bagi-Nya (dan Maha Tinggi daripada apa yang mereka persekutukan itu) bersama Allah.
««•»»
And they worship, besides God, that is, other than Him, that which can neither hurt them, should they not worship it, nor profit them, if they do worship it — and these are the idols; and they say, of them: ‘These are our intercessors with God’. Say, to them: ‘Would you tell, would you inform, God of what He does not know in the heavens or in the earth?’ (the interrogative is meant as a disavowal), for if He had a partner, He [Himself] would know it, since nothing can be hidden from Him. Glory be to Him!, in [affirmation of] His transcendence, and High be He exalted above what they associate! with Him.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 17][AYAT 19]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
18of109
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=10&tAyahNo=18&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#10:18