
Surah Yunus 16
قُلْ لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلَا أَدْرَاكُمْ بِهِ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا مِنْ قَبْلِهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
««•»»
qul law syaa-a allaahu maa talawtuhu 'alaykum walaa adraakum bihi faqad labitstu fiikum 'umuran min qablihi afalaa ta'qiluuna
««•»»
Katakanlah: "Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu". Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya 677 . Maka apakah kamu tidak memikirkannya?
««•»»
Say, ‘Had Allah [so] wished, I would not have recited it to you, nor would He have made it known to you, for I have dwelled among you for a lifetime before it. Do you not apply reason?’
««•»»
Pada ayat ini Allah swt. mengajarkan jawaban yang akan disampaikan Nabi Muhammad saw. kepada orang-orang musyrik yang mengingkari Alquran itu, yaitu katakanlah hai Muhammad kepada orang-orang yang musyrik: "Jika Allah berkehendak aku tidak akan membacakannya. Aku membacakan Alquran itu kepadamu semata-mata atas perintah Allah dan kehendak-Nya. Seandainya Allah tidak berkehendak menyampaikan Alquran itu kepadamu tentunya Dia tidak akan mengutusku kepadamu, sehingga Alquran yang mengandung petunjuk-petunjuk untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat ini tidak akan sampai kepadamu.
Allah swt. berfirman:
وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَى عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Alquran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
(QS. Al A'raf [7]:52)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah swt. telah menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad saw. yang berisi petunjuk bagi kemaslahatan hidup di dunia dan di akhirat, serta menegaskan bahwa Muhammad saw. adalah utusan Allah yang menyampaikan petunjuk itu kepada manusia.
Sebagai bukti kebenaran wahyu yang telah disampaikan itu, maka Allah swt. memerintahkan kepada Nabi saw. agar mengatakan kepada orang musyrik itu: "Aku telah berdiam dan bergaul bersama kamu sekalian lebih dari 40 tahun. Kamu semua telah mengetahui pula sifat-sifat, watak dan kepribandianku, telah mengetahui pula akhlak dan tingkah lakuku, sikap dan keadilanku terhadap kamu semua. Selama itu pula kamu semua mengetahui bahwa aku tidak pernah membaca suatu kitab pun karena aku tidak pandai membaca, aku tidak pernah belajar kepada seorang pun dan tidak pula menyampaikan perkataan yang sama nilainya dengan ayat-ayat Alquran itu. Karena itu pikirkanlah benar-benar, apakah aku mungkin mengadakan kebohongan sebagaimana dugaanmu itu. Kenapa kamu semua meminta kepadaku untuk mengganti ayat-ayat Alquran dengan yang lain?"
Sebagaimana diketahui bahwa tiap-tiap rasul yang diutus Allah swt. kepada kaumnya diberi keistimewaan-keistimewaan oleh Allah swt. sebelum diangkat menjadi rasul, seperti Musa a.s. diberi hikmah dan ilmu di saat-saat ia berumur antara 30 dan 40 tahun, di waktu akalnya telah sempurna,
sebagaimana firman Allah swt.:
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَاسْتَوَى آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami beri balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
(QS. Al Qashash [28]:14)
Demikian pula Yusuf a.s. telah diberi oleh Allah swt. hikmah dan pengetahuan di saat ia mencapai umur dewasa sebelum diangkat menjadi rasul (lihat surah Yunus 22) seperti ilmu menakbirkan mimpi dan sebagainya.
Nabi Isa a.s. sebelum diangkat menjadi rasul di waktu kecil dalam buaian telah pandai berbicara, dilahirkan tanpa bapak, diberi Al-Kitab dan Al-Hikmah. (Lihat surah Ali Imran: 46, 47, dan 48)
Mengenai Nabi Muhammad saw., beliau telah diberi Allah keistimewaan sebagaimana keistimewaan yang telah diberikan-Nya kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul terdahulu, tetapi beliau diberi keistimewaan yang lain, yaitu keistimewaan yang langsung dirasakan, diyakini dan diketahui oleh seluruh anggota masyarakat Mekah pada waktu itu. Seluruh penduduk Mekah menganggap beliau sebagai seorang kepercayaan yang benar-benar dapat dipercayai, ia dipandang sebagai seorang yang adil dalam menetapkan keputusan, tidak berat sebelah.
Sebagai contoh ialah kebijaksanaan beliau memberi keputusan kepada kabilah-kabilah Quraisy yang meminta beliau memberikan keputusan tentang siapa yang berhak meletakkan kembali Hajarul Aswad ke tempatnya semula. Diceritakan bahwa pemuka-pemuka Quraisy membersihkan dan memperbaiki Kakbah karena itu mereka mengeluarkan Hajarul Aswad dari tempatnya. Setelah Kakbah itu selesai dibersihkan dan diperbaiki, mereka ingin meletakkan kembali Hajarul Aswad ke tempatnya. Para kepala suku kabilah berbeda pendapat dalam menetapkan siapa yang paling berhak meletakkan kembali ke tempatnya itu. Masing-masing kepala kabilah merasa berhak sehingga terjadilah perdebatan dan perselisihan yang hampir menimbulkan pertumpahan darah di antara mereka. Maka salah seorang di antara mereka meminta Muhammad memberikan keputusannya tentang siapa yang lebih berhak meletakkan Hajarul Aswad itu kembali. Apa saja keputusannya akan diikuti. Permintaan orang itu disetujui oleh kepala-kepala kabilah, dan Muhammad bersedia pula memenuhi permintaan mereka. Beliau mengambil sehelai kain dan meletakkan Hajarul Aswad di atasnya, kemudian disuruhnya masing-masing kepala kabilah memegang tepi kain itu dan bersama-sama mengangkatnya, lalu beliau meletakkan Hajarul Aswad di tempatnya semula. Keputusan beliau ini diakui oleh kepala-kepala kabilah sebagai suatu keputusan yang adil dan tepat.
Orang-orang Mekah sangat percaya kepada beliau, karena kepercayaan itu beliau digelari "Al-Amin" (orang kepercayaan). Karena kepercayaan itu pula Khadijah mempercayakan dagangannya kepada beliau yang akhirnya Khadijah menjadi istri beliau. Beliau diakui oleh orang-orang Mekah sebagai orang yang berakhlak mulia, kuat kepribadiannya, disegani dan sebagainya. Setelah beliau diangkat menjadi rasul beliau menyampaikan ayat-ayat Alquran kepada mereka serta mengajak mereka untuk masuk agama Islam, tiba-tiba mereka menuduh Muhammad sebagai seorang pembohong, seorang yang mengganggu ketenteraman umum dan orang yang merubah dan merusak kepercayaan serta adat-istiadat yang telah mereka warisi dari nenek moyang mereka sejak dahulu. Karena kebencian mereka kepada Muhammad, mereka tidak ingat lagi akan sikap dan kepercayaan mereka terhadapnya. Inilah yang dimaksud Allah dengan firman-Nya di atas yang artinya: "Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya."
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
(Katakanlah, "Jika Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepada kalian dan aku tidak pula memberitahukan kepada kalian) mengajarkan kepada kalian (mengenainya) huruf laa di sini bermakna nafi atau meniadakan, kemudian diathafkan kepada nafi yang sebelumnya. Menurut qiraat yang lain dianggap sebagai lam yang menjadi jawab daripada huruf lau, dengan demikian berarti niscaya aku akan mengajarkannya kepada kalian dengan bahasa yang bukan bahasaku (Sesungguhnya aku telah tinggal) diam (bersama dengan kalian beberapa lama) yaitu empat puluh tahun (sebelumnya.") selama itu aku belum pernah menceritakan sesuatu kepada kalian (Maka apakah kalian tidak memikirkannya?) bahwasanya Alquran itu bukanlah buatanku sendiri.
قُلْ لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلَا أَدْرَاكُمْ بِهِ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا مِنْ قَبْلِهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
««•»»
qul law syaa-a allaahu maa talawtuhu 'alaykum walaa adraakum bihi faqad labitstu fiikum 'umuran min qablihi afalaa ta'qiluuna
««•»»
Katakanlah: "Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu". Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya 677 . Maka apakah kamu tidak memikirkannya?
««•»»
Say, ‘Had Allah [so] wished, I would not have recited it to you, nor would He have made it known to you, for I have dwelled among you for a lifetime before it. Do you not apply reason?’
««•»»
Pada ayat ini Allah swt. mengajarkan jawaban yang akan disampaikan Nabi Muhammad saw. kepada orang-orang musyrik yang mengingkari Alquran itu, yaitu katakanlah hai Muhammad kepada orang-orang yang musyrik: "Jika Allah berkehendak aku tidak akan membacakannya. Aku membacakan Alquran itu kepadamu semata-mata atas perintah Allah dan kehendak-Nya. Seandainya Allah tidak berkehendak menyampaikan Alquran itu kepadamu tentunya Dia tidak akan mengutusku kepadamu, sehingga Alquran yang mengandung petunjuk-petunjuk untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat ini tidak akan sampai kepadamu.
Allah swt. berfirman:
وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَى عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Alquran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
(QS. Al A'raf [7]:52)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah swt. telah menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad saw. yang berisi petunjuk bagi kemaslahatan hidup di dunia dan di akhirat, serta menegaskan bahwa Muhammad saw. adalah utusan Allah yang menyampaikan petunjuk itu kepada manusia.
Sebagai bukti kebenaran wahyu yang telah disampaikan itu, maka Allah swt. memerintahkan kepada Nabi saw. agar mengatakan kepada orang musyrik itu: "Aku telah berdiam dan bergaul bersama kamu sekalian lebih dari 40 tahun. Kamu semua telah mengetahui pula sifat-sifat, watak dan kepribandianku, telah mengetahui pula akhlak dan tingkah lakuku, sikap dan keadilanku terhadap kamu semua. Selama itu pula kamu semua mengetahui bahwa aku tidak pernah membaca suatu kitab pun karena aku tidak pandai membaca, aku tidak pernah belajar kepada seorang pun dan tidak pula menyampaikan perkataan yang sama nilainya dengan ayat-ayat Alquran itu. Karena itu pikirkanlah benar-benar, apakah aku mungkin mengadakan kebohongan sebagaimana dugaanmu itu. Kenapa kamu semua meminta kepadaku untuk mengganti ayat-ayat Alquran dengan yang lain?"
Sebagaimana diketahui bahwa tiap-tiap rasul yang diutus Allah swt. kepada kaumnya diberi keistimewaan-keistimewaan oleh Allah swt. sebelum diangkat menjadi rasul, seperti Musa a.s. diberi hikmah dan ilmu di saat-saat ia berumur antara 30 dan 40 tahun, di waktu akalnya telah sempurna,
sebagaimana firman Allah swt.:
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَاسْتَوَى آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami beri balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
(QS. Al Qashash [28]:14)
Demikian pula Yusuf a.s. telah diberi oleh Allah swt. hikmah dan pengetahuan di saat ia mencapai umur dewasa sebelum diangkat menjadi rasul (lihat surah Yunus 22) seperti ilmu menakbirkan mimpi dan sebagainya.
Nabi Isa a.s. sebelum diangkat menjadi rasul di waktu kecil dalam buaian telah pandai berbicara, dilahirkan tanpa bapak, diberi Al-Kitab dan Al-Hikmah. (Lihat surah Ali Imran: 46, 47, dan 48)
Mengenai Nabi Muhammad saw., beliau telah diberi Allah keistimewaan sebagaimana keistimewaan yang telah diberikan-Nya kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul terdahulu, tetapi beliau diberi keistimewaan yang lain, yaitu keistimewaan yang langsung dirasakan, diyakini dan diketahui oleh seluruh anggota masyarakat Mekah pada waktu itu. Seluruh penduduk Mekah menganggap beliau sebagai seorang kepercayaan yang benar-benar dapat dipercayai, ia dipandang sebagai seorang yang adil dalam menetapkan keputusan, tidak berat sebelah.
Sebagai contoh ialah kebijaksanaan beliau memberi keputusan kepada kabilah-kabilah Quraisy yang meminta beliau memberikan keputusan tentang siapa yang berhak meletakkan kembali Hajarul Aswad ke tempatnya semula. Diceritakan bahwa pemuka-pemuka Quraisy membersihkan dan memperbaiki Kakbah karena itu mereka mengeluarkan Hajarul Aswad dari tempatnya. Setelah Kakbah itu selesai dibersihkan dan diperbaiki, mereka ingin meletakkan kembali Hajarul Aswad ke tempatnya. Para kepala suku kabilah berbeda pendapat dalam menetapkan siapa yang paling berhak meletakkan kembali ke tempatnya itu. Masing-masing kepala kabilah merasa berhak sehingga terjadilah perdebatan dan perselisihan yang hampir menimbulkan pertumpahan darah di antara mereka. Maka salah seorang di antara mereka meminta Muhammad memberikan keputusannya tentang siapa yang lebih berhak meletakkan Hajarul Aswad itu kembali. Apa saja keputusannya akan diikuti. Permintaan orang itu disetujui oleh kepala-kepala kabilah, dan Muhammad bersedia pula memenuhi permintaan mereka. Beliau mengambil sehelai kain dan meletakkan Hajarul Aswad di atasnya, kemudian disuruhnya masing-masing kepala kabilah memegang tepi kain itu dan bersama-sama mengangkatnya, lalu beliau meletakkan Hajarul Aswad di tempatnya semula. Keputusan beliau ini diakui oleh kepala-kepala kabilah sebagai suatu keputusan yang adil dan tepat.
Orang-orang Mekah sangat percaya kepada beliau, karena kepercayaan itu beliau digelari "Al-Amin" (orang kepercayaan). Karena kepercayaan itu pula Khadijah mempercayakan dagangannya kepada beliau yang akhirnya Khadijah menjadi istri beliau. Beliau diakui oleh orang-orang Mekah sebagai orang yang berakhlak mulia, kuat kepribadiannya, disegani dan sebagainya. Setelah beliau diangkat menjadi rasul beliau menyampaikan ayat-ayat Alquran kepada mereka serta mengajak mereka untuk masuk agama Islam, tiba-tiba mereka menuduh Muhammad sebagai seorang pembohong, seorang yang mengganggu ketenteraman umum dan orang yang merubah dan merusak kepercayaan serta adat-istiadat yang telah mereka warisi dari nenek moyang mereka sejak dahulu. Karena kebencian mereka kepada Muhammad, mereka tidak ingat lagi akan sikap dan kepercayaan mereka terhadapnya. Inilah yang dimaksud Allah dengan firman-Nya di atas yang artinya: "Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya."
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
(Katakanlah, "Jika Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepada kalian dan aku tidak pula memberitahukan kepada kalian) mengajarkan kepada kalian (mengenainya) huruf laa di sini bermakna nafi atau meniadakan, kemudian diathafkan kepada nafi yang sebelumnya. Menurut qiraat yang lain dianggap sebagai lam yang menjadi jawab daripada huruf lau, dengan demikian berarti niscaya aku akan mengajarkannya kepada kalian dengan bahasa yang bukan bahasaku (Sesungguhnya aku telah tinggal) diam (bersama dengan kalian beberapa lama) yaitu empat puluh tahun (sebelumnya.") selama itu aku belum pernah menceritakan sesuatu kepada kalian (Maka apakah kalian tidak memikirkannya?) bahwasanya Alquran itu bukanlah buatanku sendiri.
««•»»
Say: ‘If God had willed I would not have recited it to you, nor would He have made it known to you, [nor] would He have made you aware of it (the lā [of wa-lā adrākum] is for negation, and is a supplement to what preceded; a variant reading has the lām [sc. la-adrākum, ‘He would have made it known to you’] as the response to the [conditional] law, ‘if’, in other words, He would have made it known to you by the tongue of someone other than myself). For I have already dwelt among you a [whole] lifetime, of forty years, before this [Qur’ān], not relating to you anything [of the sort], so will you not understand?’, that this [Qur’ān] is not from myself?
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 15]•[AYAT 17]•
•[KEMBALI]•
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
16of109
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=10&tAyahNo=16&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#10:16
Say: ‘If God had willed I would not have recited it to you, nor would He have made it known to you, [nor] would He have made you aware of it (the lā [of wa-lā adrākum] is for negation, and is a supplement to what preceded; a variant reading has the lām [sc. la-adrākum, ‘He would have made it known to you’] as the response to the [conditional] law, ‘if’, in other words, He would have made it known to you by the tongue of someone other than myself). For I have already dwelt among you a [whole] lifetime, of forty years, before this [Qur’ān], not relating to you anything [of the sort], so will you not understand?’, that this [Qur’ān] is not from myself?
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 15]•[AYAT 17]•
•[KEMBALI]•
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
16of109
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=10&tAyahNo=16&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#10:16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar