Rabu, 11 Februari 2015

[010] Yunus Ayat 002

««•»»
Surah Yunus 2

أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ أَنْ أَنْذِرِ النَّاسَ وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ قَالَ الْكَافِرُونَ إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ مُبِينٌ
««•»»
akaana lilnnaasi 'ajaban an awhaynaa ilaa rajulin minhum an andziri alnnaasa wabasysyiri alladziina aamanuu anna lahum qadama shidqin 'inda rabbihim qaala alkaafiruuna inna haadzaa lasaahirun mubiinun
««•»»
Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka: "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka". Orang-orang kafir berkata: "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata".
««•»»
Does it seem odd to these people that We have revealed to a man from among themselves, [declaring], ‘Warn mankind, and give good news to the faithful that they are in good standing with their Lord’? The faithless say, ‘This is indeed a plain magician.’
««•»»

Orang kafir Mekah khususnya dan semua orang kafir pada umumnya heran dan tercengang mengapa wahyu itu diturunkan kepada seorang manusia biasa seperti mereka bahkan kepada seorang yatim, tidak kepada seorang terpandang di antara mereka. Allah menegaskan dengan ayat ini bahwa keheranan mereka itulah yang mengherankan. Mengapa mereka tercengang bahwa Allah telah menurunkan kepada manusia biasa.

Mengenai siapa yang pantas dan yang sanggup menyampaikan agama Allah kepada seluruh manusia, hanyalah Allah sendirilah yang paling mengetahuinya. Kekayaan, kekuasaan, kedudukan dan kepandaian semata belum tentu dapat dijadikan alasan untuk mengangkat seorang menjadi nabi dan rasul.

Sesungguhnya sikap mereka yang seperti ini terhadap rasul yang diutus Allah terdapat pula pada manusia-manusia yang terdahulu yang telah diutus para rasul kepada mereka,

Sebagaimana tersebut dalam firman Allah swt.:
أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ وَلِتَتَّقُوا وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertakwa dan supaya kamu mendapat rahmat."
(Q.S. Al-A'raf [7[:63)

Sikap mereka yang demikian itu adalah karena rasa dengki yang telah terpendam dalam hati mereka, apapun bukti yang dikemukakan, mereka tidak akan beriman sehingga Allah menurunkan azab kepada mereka.

Allah berfirman:
وَلَوْ جَعَلْنَاهُ مَلَكًا لَجَعَلْنَاهُ رَجُلًا وَلَلَبَسْنَا عَلَيْهِمْ مَا يَلْبِسُونَ وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
Dan kalau Kami jadikan Rasul itu (dari) malaikat tentulah Kami jadikan dia berupa seorang laki-laki dan (jika Kami jadikan dia seorang laki-laki) Kami pun akan jadikan mereka tetap ragu sebagaimana kini mereka ragu. Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (azab) olok-olokkan mereka.
(Q.S. Al-An'am [6]:9,10)

Allah swt. menerangkan tugas utama dari seorang laki-laki yang diberi-Nya wahyu dan yang diangkat menjadi rasul itu, yaitu:
  1. Memberikan peringatan kepada manusia supaya menerangkan kepada mereka tentang keesaan Allah, adanya hari kebangkitan dan hari pembalasan, adanya hukuman dari Allah swt. bagi semua orang yang tidak mengikuti agama-Nya. Menerangkan kepada manusia ketentuan-ketentuan, perintah-perintah dan larangan-larangan Allah dan sebagainya.
  2. Memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengikuti seruan Rasul, bahwa mereka memperoleh pahala yang besar dari Allah karena telah melakukan perbuatan-perbuatan yang benar dan terpuji.
Setelah orang-orang Arab melihat pengaruh Alquran yang amat besar pada jiwa dan hati orang-orang yang beriman serta kehidupan mereka, maka mereka mengatakan bahwa Muhammad saw. adalah seorang tukang sihir, dan Alquran itu mereka namakan sihir.

Mereka menamakan Alquran sihir karena mereka melihat kuatnya pengaruh Alquran pada hati orang-orang yang beriman, besar pengaruhnya pada tingkah laku dan perbuatannya, sehingga dapat memisahkan antara dua orang yang dahulunya bersaudara, antara seseorang dengan bapak, ibu, istri dan anak-anaknya. Mereka itu, karena sangat cinta kepada Allah swt. dan Rasul-Nya seolah-olah cinta kasih mereka berkurang kepada anak-anak, istri dan sebagainya.

Telah diketahui oleh orang-orang yang beriman bahwa Alquran itu bukan sihir, bukan sesuatu yang dapat dijadikan guna-guna, tetapi merupakan kumpulan dari petunjuk-petunjuk Allah, menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, pokok-pokok hukum, akhlak, perbuatan yang baik yang diridai Allah, cara-cara membersihkan jasmani dan rohani dari segala macam najis, berisi seruan kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Sedang Muhammad saw. itu adalah rasul Allah yang menyampaikan Alquran itu kepada manusia dan Alquran itu juga merupakan nikmat dan mukjizat baginya untuk menguatkan kerasulannya.

Karena kaum Muslimin sangat merasakan faedah dan petunjuk ayat-ayat Alquran bagi dirinya, dan kebenaran semua yang tersebut di dalamnya, maka mereka mengikuti dengan sepenuh hati, mengikuti semua petunjuknya yang berlainan dengan petunjuk kemusyrikan, mencontoh akhlak Nabi Muhammad saw. yang berbeda dengan akhlak nenek moyang mereka, mengikuti adat-kebiasaan Nabi yang berbeda dengan adat kebiasaan nenek moyang mereka, mereka lebih mencintai orang yang beriman dari orang lain, sekalipun orang lain itu adalah ibu bapaknya dan sebagainya.

Dengan demikian orang-orang kafir melihat seolah-olah yang beriman telah kena sihir oleh Muhammad saw. dan mereka menganggap Muhammad saw. sebagai tukang sihir.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Patutkah manusia) artinya penduduk Mekah. Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna ingkar sedangkan jar dan majrurnya menjadi hal atau kata keterangan daripada firman selanjutnya (menjadi keheranan) lafal ini dibaca `ajaban menjadi khabar dari kaana, bila dibaca rafa` menjadi isim kaana. Menurut pendapat yang masyhur adalah sebagai khabar daripada kaana.

(Bahwa Kami mewahyukan) artinya pemberian wahyu Kami (kepada seorang lelaki di antara mereka) yaitu Nabi Muhammad saw. (yaitu) huruf an di sini menjadi penafsir dari lafal an auhainaa.

("Berilah peringatan) peringatkanlah (kepada manusia) yakni orang-orang kafir akan adanya siksaan buat mereka (dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa) bahwasanya (mereka mempunyai kedudukan) pahala (yang tinggi di sisi Rabb mereka") dimaksud adalah pahala yang baik sebagai pembalasan dari amal-amal yang telah mereka lakukan.

(Orang-orang kafir berkata, "Sesungguhnya orang ini) yaitu Nabi Muhammad saw. (benar-benar adalah tukang sihir yang nyata.") jelas tukang sihir. Menurut suatu qiraat lafal lasaahirun dibaca lasihrun, sedangkan musyar ilaihnya adalah Alquran yang dianggap mereka merupakan sihir.

««•»»
Is it for the people, the people of Mecca (this interrogative is meant as a disavowal; the preposition [li-, ‘for’] and its dependent genitive noun [al-nās, ‘the people’] constitute a circumstantial qualifier of His saying): a wonder (‘ajaban: read in the accusative as a predicate of kāna; or if read in the nominative [‘ajabun] as its subject: its predicate, which is also its subject if read according to the former [accusative] reading, is [the following, an awhaynā]) that We have inspired a man from among them, Muhammad (s), [saying] (an, ‘that’, is explicative): ‘Warn, threaten, the people, the disbelievers, with chastisement, and give good tidings to those who believe that they have a prior, a preceding, [promise of] truth with their Lord’?, that is a [preceding] fair reward, in return for the deeds they have sent forward. The disbelievers say, ‘Truly this, Qur’ān that comprises all of that [mentioned], is manifest sorcery’: a variant reading [for la-sihrun] has la-sāhirun, ‘a sorcerer’, where it is the Prophet (s) to whom they are referring [as being ‘a manifest sorcerer’].

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Sehubungan dengan ayat di atas Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya meriwayatkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa ada orang-orang yang merasa malu untuk menunaikan hajat besar karena kemaluan mereka dapat dilihat dari langit, dan pula mereka merasa malu untuk berjimak dengan istri-istri mereka karena kemaluan mereka dapat dilihat dari langit.

Kemudian turunlah firman Allah di atas tadi mengenai perihal mereka. Akan tetapi Imam Ibnu Jarir dan lain-lainnya mengetengahkan hadis melalui Abdullah bin Syaddad yang menceritakan, bahwa jika salah seorang di antara orang-orang munafik melihat Nabi saw. ia memalingkan dadanya supaya Nabi saw. tidak melihatnya. Kemudian turunlah ayat ini.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 1][AYAT 3]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
2of109
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=10&tAyahNo=2&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#10:2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar